Pengamat politik, Nandar Jamaluddin memproyeksi akan tercipta 4 poros kekuatan pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Adapun 4 poros itu terdiri atas 3 koalisi partai politik (parpol) dan 1 jalur independen atau perseorangan.

Nandar yang juga Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Selayar periode 2018-2023 mengatakan peta kekuatan figur untuk Pilkada 2024 mendatang masih sangat dinamis dan cair. Setelah penetapan raihan jumlah kursi legislatif, kata dia, hal itu menjadi parameter utama parpol dan juga para bakal calon menentukan sikap.

“Konfigurasi koalisi parpol tidak bisa terhindarkan. Meskipun Golkar adalah satu-satunya partai yang berhak mengusung calon sendiri meskipun tanpa koalisi,” ujarnya Minggu (2/6/2024).

Ketua Karang Taruna Selayar periode 2013-2018 itu menuturkan setidaknya bisa muncul minimal 3 poros koalisi parpol dengan 3 pasangan bakal calon jika Golkar yang memiliki 9 kursi di legislatif tetap berkoalisi dengan salah satu parpol, yakni PKS (4 kursi), PAN (4 kursi), NasDem (3 kursi), PDIP (2 kursi), Gerindra (1 kursi), Demokrat (1 kursi), dan PKB (1 kursi).

“Konteks Selayar, sangat kecil kemungkinan Golkar akan mengusung tanpa koalisi dengan pertimbangan stabilitas dinamika di legislatif satu periode mendatang untuk melakukan sinergi konstruktif dengan pemerintah,” terang Nandar.

Nandar memprediksi Golkar akan berkoalisi dengan PAN dan PDIP yang akan mengusung Natsir Ali sebagai bakal calon. Kemudian, Ady Ansar oleh NasDem, PKB, dan Gerindra.

Selanjutnya, Saiful Arif lewat PKS dan Demokrat. Melengkapi 3 poros itu adalah bakal pasangan calon independen, Abdul Rahman Masriat-Daeng Marowa.

“Bukan menafikan kehadiran nama-nama bakal calon yang berseliweran di ruang publik dan bahkan sudah melakukan penjajakan ke sejumlah parpol yang memperoleh kursi di parlemen. Namun, nama-nama itu sangat berpotensi menyempurnakan tiga sosok sentrum tadi, selain bakal calon independen yang sementara berproses di KPU,” bebernya.

Dia bahkan memprediksi peta kekuatan bisa saja mengerucut tersisa 2 poros koalisi. Namun, hal itu bergantung dari manuver masing-masing bakal calon maupun keputusan parpol.

“Di sisi lain, potensi mengerucut ke 2 poros koalisi sangat terbuka. Hal ini sangat tergantung dari komunikasi dan lobi politik tingkat elit,” ucapnya.

Nandar mengungkapkan banyaknya opsi pilihan bakal calon jadi penanda bahwa proses demokrasi berjalan baik. Menurutnya, hal itu juga akan membuat masyarakat atau calon pemilih bisa membandingkan siapa yang terbaik untuk memimpin daerah lima tahun ke depan.

“Ini hanyalah analisis dan prediksi politik melihat progres pergerakan bakal calon dan raihan kursi parpol. Sebagai warga Selayar dan calon pemilih, tentunya kita bergembira dengan munculnya sejumlah nama yang ‘memproklamirkan’ diri ingin mengikuti kontestasi politik pada Pilkada 2024 mendatang. Ini menandakan kita tidak mengalami krisis stok sumber daya kepemimpinan,” tuturnya.